Mari bersama sama kita sukseskan acaranya

 


Akses Pasar Dibuka,Barantin Fasilitasi 78,5 Ton Salak Ke Tiongkok

 

 Barantin fasilitasi ekspor salak ke Tiongkok, volumenya hingga pertengahan April 2025 mencapai 78,5 ton

Wartaminangnews.com,Semarang – Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Jawa Tengah (Karantina Jateng) kembali fasilitasi ekspor salak ke Tiongkok, volumenya hingga pertengahan April 2025 mencapai 78,5 ton. Hal ini menyusul telah dibukanya kembali akses pasar ekspor ke Tiongkok. 

Sebelumnya ekspor salak ke Tiongkok terhenti beberapa bulan, karena temuan ketidaksesuaian Notification of Non Compliance (NNC) oleh General Administration of Customs of The People's Republik of China (GACC). 

"Tiongkok sudah membuka kembali 'kran' ekspor salak asal Indonesia. Sebelumnya ekspor salak Indonesia terhenti karena adanya temuan oleh pihak GACC pada Maret 2024. Karantina bersama pemangku kepentingan terus melakukan pendampingan kepada para petani. Alhamdulillah sejak awal tahun 2025 sudah bisa (kembali) ekspor," kata Sokhib Kepala Karantina Jateng dalam siaran pers di Semarang, Sabtu (19/4). 

Kurun waktu sekitar delapan bulan, Sokhib menjelaskan, pihaknya bersama instansi terkait terus memberikan bimbingan teknis kepada para petani. Upaya melakukan perbaikan atas NNC yang disampaikan oleh GACC, adanya infestasi lalat buah. 

Deputi Bidang Karantina Tumbuhan Bambang secara terpisah menyampaikan rasa syukur atas dibukanya kembali akses pasar ekspor salak Indonesia ke Tiongkok. Ia berharap seluruh pemangku kepentingan konsisten melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing, termasuk dalam penerapan Good Agricultural Practices (GAP). Mulai dari perawatan tanaman, sanitasi, pengendalian hama penyakit, pemilihan komoditas yang berkualitas, hingga pengemasannya. 

"Tentunya dengan dibukanya kembali akses pasar ekspor salak ke Tiongkok merupakan hasil kerja keras bersama seluruh pemangku kepentingan. Komitmen bersama melakukan perbaikan, termasuk para petani untuk mengimplementasikan Good Agricultural Practices (GAP). Ini harus kita jaga supaya keberlanjutan ekspor (salak) terus berlangsung," ujar Bambang. 


Ekspor Salak Terus Menggeliat

Berdasarkan data Barantin Electronic System for Transaction and Utility Service Technology (BEST TRUST) bahwa pada tahun 2024, sebelum NNC dari GACC Tiongkok frekuensi ekspor salak sebanyak 20 kali, volume mencapai 218 ton dengan nilai hampir mencapai Rp 4 miliar. 

Setelah dibuka kembali akses pasar, Januari hingga pertengahan April 2025 diketahui kegiatan ekspor salak makin menggeliat. Frekuensi sebanyak 8 kali, volumenya sebanyak 78,5 ton senilai hampir Rp 1,794 miliar. 

Irsan Ketua Tim Kerja Karantina Tumbuhan Karantina Jateng mengungkapkan bahwa setelah kran ekspor salak dibuka kembali, pengiriman salak rutin dilakukan. Ia merinci pada Januari 2025 sebanyak 8,1 ton senilai Rp 302,4 juta. 

Maret ekspor sebanyak 3 kali pengiriman dengan volume 36,82 ton senilai Rp 703,9 juta. Hingga pertengahan April 2025 dilakukan 4 kali pengiriman sebanyak 33,6 ton senilai hampir Rp 787,97 juta. 

"Capaian ini menjadi sinyal optimistik dan peluang ekspor yang kian menjanjikan atas upaya pemulihan dan peningkatan daya saing ekspor salak. Karantina Jateng terus melalukan pendampingan agar salak yang diekspor memenuhi ketentuan dan persyaratan negara tujuan," imbuhnya. 

Sesuai arahan Kepala Barantin, Sahat M. Panggabean bahwa karantina berperan penting sebagai fasilitator perdagangan ekspor. Tentunya karantina tidak dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tanpa kerja sama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan. Diharapkan penerapan GAP dan GMP (Good Manufacturing Practices) berjalan secara optimal.

"Karantina sebagai sistem pengendalian berperan sangat krusial dalam mengawal ekspor sebagai salah satu produk unggulan masyarakat lokal hingga mancanegara. Karantina sebagai garda terdepan, memastikan produk yang akan diekspor memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan serta mencegah terbawanya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK)," jelas Irsan.

Seiring berjalannya kembali ekspor salak, Agus Suryono selaku Direktur CVGNL mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan perbaikan terhadap serangkaian proses ekspor salak. 

"Mulai dari kebun yang teregistrasi, pemasok, 'collecting house', pencatatan hingga rumah kemas. Diharapkan salak Jawa Tengah tetap memenuhi standar yang ditetapkan Tiongkok dan dapat merambah ke negara lain," ucap Agus. 

Karantina Jateng mendukung akselerasi ekspor salak dengan terus melakukan bimbingan teknis secara berkelanjutan kepada petani. Optimis dapat memperluas pasar ekspor guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. 

Karantina Jateng berkoordinasi dengan instansi terkait bersama-sama untuk komitmen memperkuat sistem karantina, mewujudkan ketahanan pangan, dan mendorong potensi salak mampu berdaya saing di pasar global.(*)


 



Posting Komentar

0 Komentar